Rabu, 28 April 2010

Film Cowboys In Paradise

Film Cowboys In Paradise - Jajaran satuan Tugas (Satgas) Pantai Kuta malukan razia di Pantai Kuta, Bali, Rabu (28/4), guna menertibkan praktik gigolo di pantai yang jadi salah satu tujuan para wisatawan itu.

''Kami nanti akan koordinasikan dengan desa adat untuk penangkapan lagi," kata Ketua Satgas Pantai Kuta Ngurah Tresna.

Semntara itu, Kapolsek Kuta Ajun KOmisaris Dody Prawira menyatakan telah berulang kali mengejar para anak pantai yang diduga gigolo di Pantai Kuta. "Kami sudah kejar mereka sampai tiga kali. Kami rutin adakan razia," ujar Dody Prawira.

Untuk menjaga citra pariwisata Bali, polisi bersama satgas akan terus melakukan
razia dan pengintaian di sepanjang Pantai Kuta.

Sementara itu, razia yang dilakukan petugas membuat aktivitas para lelaki yang biasa mendekati turis asing perempuan di pantai itu menjadi terbatas. Saat razia berlangsung sekitar pukul 14.00 Wita, seorang lelaki yang tengah mendekati turis bule akhirnya berlari dan sembunyi di balik perahu.

Minggu, 25 April 2010

Ramalan Jodoh

Ramalan Jodoh memang sangat susah juga untuk kita prediksi, namun banyak orang yang mencoba mengira - ngira tentang jodoh yang akan kita dapatkan menurut sebuah ramalan jodoh.Anda adalah orang yang punya kemampuan persuasif di atas rata-rata. Anda tahu bagaimana mempengaruhi orang. Anda tahu bagaimana membuat orang tertarik pada Anda, sekalipun orang itu adalah musuh Anda. Kondisi keuangan Anda sedikit demi sedikit membaik. Itu semua karena ketekunan Anda. Kerja keras adalah kunci kesuksesan Anda.

Jodoh Anda bahagia. Tanya kenapa? Karena Anda mendapatkan orang yang benar-benar tahu dan mengerti diri Anda. Ia dapat menempatkan diri dalam situasi apapun. Ia juga tahu bagaimana harus bersikap terhadap kamu dalam berbagai kondisi.

Apa yang Anda harapkan benar-benar terjadi. Semuanya berkat kerja Anda. Tetaplah bersemangat karena masih ada banyak hal yang harus Anda kerjakan pekan ini. Keuangan Anda? Tidak perlu risau. Penghasilan Anda akan bertambah seiring dengan harapan Anda yang terkabul itu.

Jumat, 23 April 2010

Hollywood

Film Terbaru - A Hollywood stuntman and former professional boxer has been invited to train the Zambian Olympic hopefuls for the London Olympics. Surrey County Council youth worker Ollie Wilson has fought as a Jedi in two Star Wars films, acted as a Death Eater in a Harry Potter movie and fought the Dark Knight in Batman Begins.

Film - Ollie said: “It will be an incredible experience and I can’t wait to get out there and make a difference.”

Ollie recently met Zambia’s Olympic committee on their recent fact-finding trip to Surrey and later this month will train the hopefuls for ten days.

The Zambian Olympic officials are optimistic they can use Surrey as a base for their athletes during the 2012 games.

Denise Saliagopoulos, Surrey County Council’s Cabinet Member for Community Services, said: “I’m delighted we could bring Ollie and the Zambian National Olympic committee together and I hope their relationship is a fruitful one.”

Despite a glittering Hollywood career, Ollie is dedicated to his job mentoring children at Jubilee High School is Addlestone.

The former boxer, who has also been a bodyguard for Led Zeppelin and The Who has recently opened a training facility for young people called the Biz in Chertsey.

Senin, 19 April 2010

Handphone Terbaru

Nokia C3,C6,E5 - Nokia siap menyusul dominasi BlackBerry, ponsel keluaran Reseach in Motion (RIM) di kalangan pengakses internet mobile melalui layanan Nokia Messaging yang dimasukkan dalam tiga ponsel terbaru mulai akhir kuartal II/2010.

Harga Nokia - Regina Hutama Poli, Corporate Comunications Manager Nokia Indonesia, mengatakan Nokia pekan ini secara global telah mengeluarkan layanan messaging terbaru yang bisa dijangkau lebih murah oleh masyarakat melalui tiga varian ponsel terbaru yaitu C3, C6, dan E5.

"Kami sedang melakukan pembicaraan dengan para operator seluler untuk memberikan paket penawaran khusus kepada masyarakat dengan harga kompetitif. Ketiga varian baru ini memiliki fitur seperti Nokia E72 dan E71, namun dengan harga jauh lebih murah," ujarnya kepada Bisnis, hari ini.

Penawaran messaging Nokia ini hampir sama dengan BlackBerry, pengguna dapat menikmati layanan meliputi akses e-mail langsung (push mail), pesan singkat (chatting) seperti Yahoo Massager dan GTalk, jejaring sosial, serta browsing sepuasnya dengan berlangganan bulanan, mingguan, atau harian kepada operator seluler tertentu menggunakan ponsel Nokia.

Regina menambahkan paket penawaran akan diluncurkan bekerja sama dengan beberapa operator seluler. Nokia Messaging mulai hadir di Indonesia melalui Telkomsel akhir tahun lalu, namun hanya beberapa ponsel yang bisa mendukung layanan ini, salah satunya E72.

Beberapa waktu lalu Nokia Asia Pasifik menjajaki kerja sama layanan Nokia Messaging di Indonesia dengan tiga operator seluler besar, yaitu Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat. "Kami juga akan menggandeng operator lainnya. Juni mendatang C3 dan C6 akan diluncurkan dengan harga murah dibandingkan ponsel Nokia dengan fitur sejenis," ujar Regina.

Ponsel dikatakan memiliki fitur messaging jika dilengkapi dengan akses langsung ke layanan pesan singkat, situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, serta push mail ke alamat e-mail publik dan korporat.

C3 di dunia dipasarkan seharga 90 Euro atau sekitar Rp1,5 juta per buah dengan kelebihan ponsel khusus QWERTY pertama dengan sistem operasi S40. Ponsel ini dilengkapi fitur WiFi, EDGE, kamera 2 Megapixel, layar 2,4 inci, dan memori 8 GB.

C6 merupakan ponsel berbasis Symbian S60 dengan layar sentuh 3,2 inci, keyboard QWERTYseperti seri N97 dan N97 mini dengan harga jual sekitar Rp2,5 juta. Nokia E5 sebagai penerus E71, E72, dan E63 baru masuk pada kuartal III mendatang. Membidik kalangan profesional, ponsel ini dijual hanya 180 Euro atau sekitar Rp2 juta per unit.

Selasa, 13 April 2010

Chief Technical Officer

Naskah Pidato - PopCap Games, maker of some of the world's most popular video games, today announced that it has hired Frits Habermann, a longtime technology industry veteran and Adobe technology pioneer, as the company's new Chief Technical Officer. Mr. Habermann joins PopCap after 20 years at Adobe, most recently as VP of Core Technologies, where he managed the strategy and operations of key, deep-science technologies for all Adobe products including Photoshop, Flash and Acrobat. Previously he worked at RealNetworks, serving as Group Manager for RealJukebox, and Edmark, directing the engineering efforts for a portfolio of top-rated educational video games. Mr. Habermann succeeds former CTO Brian Fiete, a company co-founder, who transitions to the new role of Technology Fellow. Mr. Habermann will report directly to PopCap's Executive Vice President of Studios, Ed Allard.

"We're thrilled to have Frits joining our management team and overseeing the company's technology strategies and direction, which are key to our long-term success," said Allard. "Frits brings strong leadership and deep management experience, with a long history of products that focus on the user experience as it relates to technology and vice versa. His passion for gaming, combined with his background leading the technology group at Adobe, makes him a natural fit for PopCap as we expand our own cross-platform offerings to stake out a leadership position in social gaming and emerging technologies like the iPad."

"I'm really excited to be part of such a vibrant, creative, fun technology company here at PopCap," Habermann said. "PopCap has created a flourishing business model by mixing creative passion with technological excellence, and I'm looking forward to helping the company scale its rapidly growing technology vision on a diverse set of platforms. I'm particularly looking forward to applying my experience with Flash and growing large technical organizations to PopCap's plans in the social gaming arena, where there's still so much to be learned and created."

Mr. Habermann spent much of the '00s as one of the most senior technical leaders at Adobe, where he's best known as the co-founder of Adobe InDesign. After managing the technical and business directions of the InDesign team from a three-person research group into the global flagship desktop publishing product it is today, he applied his architectural and managerial skills to the core architectures across all Adobe products in his role as VP of Core Technologies. As group manager for RealJukebox he both oversaw the service's technological direction and directed the business relationships with music labels and device manufacturers such as Universal, Sony, Panasonic and Creative Labs.

Mr. Habermann holds a B.Sc from Carnegie Mellon in Applied Mathematics and M.Sc. in Computer Science from the University of Washington. Mr. Habermann is fluent in English, Dutch and German and has a working knowledge of French and Japanese. He lives in Seattle with his wife and three children, and his hobbies include aikido, soccer, windsurfing and photography.

About PopCap

PopCap Games (www.popcap.com) is the leading multi-platform provider of fun, easy-to-learn, captivating video games that appeal to everyone from age 6 to 106. Based in Seattle, Washington, PopCap was founded in 2000 and has a worldwide staff of over 260 people in Seattle, San Francisco, Chicago, Vancouver, B.C., Dublin, and Shanghai. Its games have been downloaded more than 1 billion times by consumers worldwide, and its flagship title, Bejeweled(R), has sold more than 50 million units across all platforms. Constantly acclaimed by consumers and critics, PopCap's games are played on the Web, social platforms, desktop computers, myriad mobile devices (cell phones, smartphones, PDAs, Pocket PCs, iPod, iPhone, iPad and more), popular game consoles (such as Xbox and DS), and in-flight entertainment systems. PopCap is the only "casual games" developer with leading market share across all major sales channels, including social, Web portals, retail stores, mobile phones, MP3 players, and game devices.

The PopCap logo and all other trademarks used herein that are listed at www.popcap.com/trademarks are owned by PopCap Games, Inc. or its licensors and may be registered in some countries. Other company and product names used herein may be trademarks of their respective owners and are used for the benefit of those owners.

Sabtu, 10 April 2010

Nia Ramdhani

Ramalan Jodoh - Meski Nia Ramadhani menikah muda, 19, namun sebagai ayah, Priya Ramadhani meresetuinya. Bahkan ia ingin langsung mendapatkan cucu dari Nia dan Ardi.

Jodoh - "Saya sebagai orangtua maunya langsung (punya cucu). Tapi saya kan sudah menikahkan dia, jadi keputusan ada di tangan suaminya," terang Priya saat ditemui usai acara pernikahan Nia-Ardi di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (1/4) malam.

Selain ingin mendapatkan cucu, Priya pun ikhlas dengan anaknya yang menikah dalam usia remaja. Meski banyak yang memberikan penilaian miring tentang nikah muda, Priya yakin, usia tidak menjamin kelanggengan sebuah pernikahan.

"Takdir jodoh, mati di tangan Allah. Ternyata Allah memberikan jodohnya lebih cepat. Saya sebagai manusia tidak bisa menolak itu," ujar Priya.

Rabu, 07 April 2010

The Gods must be crazy

Contoh Teks Pidato - Early in the new remake of Clash of the Titans, the hero finds Bubo, the clockwork owl that provided comic relief in the 1981 original, asks, “What’s this?” and tosses it aside. That is a pretty good indication that the remake will be a less hokey version of the story, but it doesn’t end up being any more entertaining, achieving competence but not much more.

Teks Pidato -Sam Worthington plays Perseus, the demigod son of Zeus (Liam Neeson) who is unaware of his divine origins. Perseus is a fisherman with his adopted family until they become caught in the middle of a war between the gods and the citizens of Argos (probably not a good idea to fight an enemy that can just smite you).

Zeus, weary of humanity’s insolence, allows his brother Hades (Ralph Fiennes) to retaliate rather harshly. After his family is killed in the melee, Perseus drifts to Argos, where Hades threatens to unleash a sea monster called the kraken unless the city sacrifices Princess Andromeda (Alexa Davalos).

Realizing his destiny, Perseus goes with a band of soldiers on a quest to find a way to defeat the kraken, weaken Hades and bring balance back to Olympus.

The film’s story sticks a little closer to the original than I thought it would, but that also means that the script, by Travis Beacham, Phil Hay and Matt Manfredi, is a bit of a muddled mess, and feels like a mishmash of whatever mythology the writers half-remembered from high school (and the kraken, by the way, comes from Norse myths, not Greek). The script tries to give a through line to this mess by giving Perseus a revenge quest—he really wants to get Hades for killing his adopted family—but never quite manages to sell it. Indeed, the film never gives convincing motivation for anything that any of the characters do in the entire film.

The script also suffers a bit from a lack of internal logic. Even though the film has the ticking clock of 10 days until the kraken attacks, Perseus and his men seem to roam all over the world, mostly on foot, through forests and deserts and into the underworld—and still, nothing of consequence seems to happen.

The film was directed by Louis Leterrier (The Incredible Hulk), who knows how to put an effective action sequence together. At its best, such as the sequence in which Perseus and his men fight some giant scorpions, the film feels like a throwback to a pre-digital time of movie magic. However, the climactic battle against the Kraken is almost nonsensical, devolving into an incoherent tangle of tentacles, falling rocks and winged horses (it’s less entertaining than it sounds).

Mostly, though, Leterrier keeps the pace up and keeps the audience awake without entirely holding their interest. The original Clash could be rather stately and silly (see: clockwork owls), and the remake’s response it to keep the action coming relentlessly. Yet, with all the activity, the film never escapes the basic problem that, despite all the gods and monsters, the movie is still kind of dull.

The film may be no more than a thoroughgoing mediocrity, but its cast does a good job of giving the movie a bit of flavor. On Olympus, Neeson and Fiennes have an epic battle as they try to out-act each other. Neeson growls and twinkles as Zeus (though I don’t know why a god needs to wear armor), and Fiennes gasps and slouches his way through the film as Hades, finding a new and interesting way to play ultimate evil that doesn’t particularly resemble his work as Lord Voldemort in the Harry Potter films.

On the ground, there are quite a few character actors who class up the film with their mere presence. Postlethwaite brings his gravitas to the role of Perseus’ adopted father. Mads Mikkelsen, who played the villain in the remake of Casino Royale, takes an underwritten role, as one of the soldiers who accompanies Perseus on his quest, and makes it interesting.

Unfortunately, the film has a sizeable hole at its center. At some point, somebody made Sam Worthington a movie star without asking any of the rest of us. Within the last year, Worthington has been in this film, Avatar and Terminator: Salvation, and so far he hasn’t given a single compelling performance, or shown a single reason why he should be headlining huge blockbusters. He’s absolutely adequate here, but he never shows us any inner life. Even his screams of righteous fury as he slays monsters don’t seem convincing.

The film also suffers from an unfortunate decision to convert it hastily to 3-D after the fact, making it seem more like a pop-up book than like Avatar. Viewers would be well-advised to see the film in 2-D, saving a bit of money and getting the better visual experience.

Clash of the Titans has some well-staged action and constant forward motion, along with a few good performances, but it never rises above that basic level of mediocrity to become something that thrills or inspires. The film isn’t a failure, but it is surprisingly mundane, and after seeing it you may find yourself wondering where all the titans were.

Minggu, 04 April 2010

Ramalan Cuaca ‎

Zodiak - Bos Scuderia Ferrari Stefano Domencali mengakui kesalahan pengamatan cuaca membuat dua pembalap, Fernando Alonso dan Felipe Massa, terpuruk di babak kualifikasi GP Malaysia. Alonso dan Massa gagal melewati Q1 pada kualifikasi GP Malaysia di Sirkuit Sepang, Sabtu (3/4). Keduanya kembali ke sirkuit saat kondisi trek semakin buruk menyusul derasnya hujan.

Ramalan Zodiak - Alhasil Alonso dan Massa tidak bisa mengikuti Q2 dan harus puas berada di posisi ke-19 dan 21 pada balapan nanti. Domencali mengaku kejadian ini sebenarnya bisa dihindari jika saja Ferrari tidak terlalu mempercayai ramalan cuaca.

“Kami (Ferrari) sangat kecewa dengan jalannya kualifikasi. Kami membuat kesalahan dalam mempercayai ramalan cuara. Ketika kami keluar, bukannya hujan mereda, justru semakin kuat,” ujar Domenicali seperti yang dilansir Autosport.

“Ini sangat disayangkan, karena dari semua tanda-tanda yang ada, kami bisa meraih hasil bagus dan sekarang kami akan mempersiapkan perjuangan yang keras dalam balapan.”

“Tidak ada gunanya menyesali hal ini, karena balapan belum dimulai. Kami akan berusaha mendapatkan poin sebanyak mungkin, dan memanfaatkan segala kesempatan yang ada.”

Kamis, 01 April 2010

Agum Gumelar Sedih

Contoh Naskah Pidato - Selama dua hari penuh Agum Gumelar memimpin langsung setiap sidang dalam Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang. Ia mengaku sedih saat menghadapi "tekanan" PSSI saat membacakan hasil rekomendasi.

Contoh Pidato - Agum seperti menjadi figur sentral sepanjang KSN digelar 30-31 Mei. Tak cuma karena dia adalah ketua panitia, ia juga tidak pernah tidak ada di meja pimpinan sidang dalam semua sesi kongres tersebut.

Terlihat betul pria 65 tahun disegani oleh seluruh peserta kongres. Dari pengamatan detiksport, Agum cukup tegas dalam memimpin jalannya setiap persidangan, antara lain saat mempersilakan atau memotong pembicaraan peserta. Sesekali ia melontarkan lelucon-lelucon untuk sekadar mencairkan suasana, atau ia bisa menegur dengan nada tinggi peserta yang dianggap melebihi batas -- dan yang ditegur langsung reda.

Mantan Danjen Kopassus yang kenyang pengalaman pula sebagai menteri itu turun tangan langsung ketika mendapati ruang sidang Komisi A pada Selasa (30/3/2010) malam, gaduh riuh oleh kericuhan peserta sidang yang saling tarik urat.

Sering pula banyak peserta kongres mengatakan "Mohon maaf, Pak Agum" atau "Saya hormat pada Pak Agum", sebelum memberi penegasan atau ngotot dalam melakukan interupsi pada sebuah perdebatan. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid juga melontarkan kalimat semacam itu ketika melakukan protes keras dalam acara pembacaan hasil rekomendasi akhir yang dibacakan Agum, Rabu (31/3/2010) malam.

Pada sesi yang terakhir disebut itu Agum sempat berdebat dengan nada cukup tinggi dengan Nurdin dan pendukungnya, yang mempersoalkan butir kedelapan dari rekomendasi yang dibuat tim perumus. Namun Agum cuma sendirian menghadapi resistensi PSSI itu, karena peserta lain seperti sudah kalah oleh kubu Nurdin.

Maka tuntutan PSSI supaya kongres menghapus butir kedelapan pun dipenuhi. Setelah menyerahkan secara simbolis hasil rekomendasi itu kepada Menegpora Andi Mallarangeng, Agum duduk di tempatnya dan tampak lebih "diam".

Menegpora dalam pidato penutupnya sempat "menghibur" Agum dengan ilustrasi penunjukan dia sebagai ketua KSN. "Saya, KONI, PWI cuma punya satu nama saat mencari orang yang mau menjadi ketua kongres ini. Pak Agum. Butuh beberapa kali makan malam untuk meminta beliau. Dan akhirnya beliau bersedia," tutur Andi yang disambut tepuk tangan oleh peserta kongres.

"Terus terang saya merasa sedih," ujar Agum menjawab pertanyaan detiksport tentang perasaannya menghadapi situasi di atas.

"Saya sedih karena dianggap tidak mengakomodir perwakilan PSSI saat merumuskan rekomendasi tadi. Apalagi mereka mengaku sampai menangis-nangis segala ke Pak Nurdin. Apa iya begitu? Tapi sudahlah, itu sudah terjadi. Sekarang saya sudah tidak sedih lagi," lanjutnya.

Kemudian, saat ditanya soal konsekuensi rekomendasi KSN ini, Agum mengatakan bahwa semua pihak harus menjalannya, mulai dari PSSI, pemerintah, KONI, DPR, dan lain-lain. Hanya saja, secara hukum tidak ada sanksi buat PSSI jika tidak melaksanakan apa yang telah diamanatkan kongres ini.

"Tidak ada sanksi apa-apa bila PSSI tidak melanjutkan rekomendasi yang dipaparkan ini. Namun secara moral, mungkin saja iya karena rekomendasi ini arahnya untuk perbaikan dan demi prestasi sepakbola Indonesia," tukasnya.

Tentang kata reformasi dan restrukturisasi PSSI sebagaimana disebutkan dalam poin pertama rekomendasi, Agum secara diplomatis menyerahkannya kepada organisasi yang bersangkutan. Menegpora pun menjawab serupa soal ini. "Silakan Anda-anda tanya langsung kepada PSSI, Pak Nurdin."

Andi juga mengelak menjawab, apakah pemerintah memberi deadline pada PSSI dalam melaksanakan rekomendasi KSN. "Pokoknya target kongres ini jelas, seperti disampaikan Pak Presiden, bahwa 5 tahun ke depan, 10 tahun, 15 tahun, sepakbola Indonesia bisa mencapai prestasi yang membanggakan," tukasnya.

Seusai kongres Nurdin dan jajaran PSSI-nya menggelar jumpa pers dan menyatakan siap menjalankan apa yang sudah dihasilkan dalam KSN ini.